Tuesday, 15 April 2014

Mengejar Cinta ke Bulan




“Cinta kah yang mempertemukan kita? Tapi kenapa cinta tidak mempersatukan kita? Mungkin salahku menunggumu, mungkin salahku tidak mengatakan padamu, atau mungkin karena kamu terlalu cupu untuk mengatakan kepadaku. Entahlah, aku tidak tahu ini salah siapa. Mungkin setelah ini semuanya akan berbeda, mungkin akan ada perbedaan di antara kita. Aku tidak sanggup menghadapi perubahan itu. Ketika kamu membaca surat ini, aku sudah jauh pergi bersama Conge. Jangan cari aku, aku tidak mau terlalu jauh menyakitimu, aku tidak mau melihat kamu terluka.”

Begitulah bunyi surat yang ditinggalkan Kukun untuk Wowo, sebuah surat perpisahan, surat yang mungkin akan menjadi surat terakhir untuk Wowo. Wowo mendapati noda merah di atas sepucuk surat yang ditinggalkan Kukun, bukan.... noda merah ini bukan dari tinta, noda merah itu terlihat seperti darah, sebuah tetesan darah, beberapa tetesan darah yang terjatuh di atas surat peninggalan Kukun.

Memang benar itu noda tetesan darah, tetesan darah yang keluar dari mata Kukun. Iya.... Kukun menangis ketika menuliskan surat perpisahan itu untuk Wowo. Hati Kukun sangat berat untuk meninggalkan Wowo, tapi dia harus melakukannya, Kukun berpikir bahwa ini lah jalan terbaik untuk mereka berdua, jalan yang sesungguhnya salah. Salah karena cinta tidak bisa meninggalkan cinta, cinta akan selalu datang karena cinta membutuhkan cinta.

Wowo meludahi surat dari Kukun dan memberi sedikit api kepada air ludahnya, seketika surat itu langsung terbakar. Ludah Wowo memang terbuat dari minyak, sebenarnya Wowo bisa saja menjadi raja minyak dari timur tengah seandainya dia mau meludah setiap saat. Tapi apa daya tangan tak sampai, air ludah pun bisa sewaktu-waktu habis.

Setelah Wowo membakar surat dari Kukun, Wowo berlari sangat cepat, Wowo mencoba berlari dari kenyataan, kenyataan yang sangat perih ini. Wowo berlari dan terus berlari sampai kakinya terasa sangat berat dan pegal. Wowo duduk di bawah pohon cemara dan mengistirahatkan kakinya, nafas berat keluar dari mulut dan hidung Wowo, dia sangat kelelahan sekali. Wowo tidak lelah karena berlari, dia lelah karena mencoba menghindar dari kenyataan.

Wowo beristirahat cukup lama sampai akhirnya Wowo melihat sebuah cahaya putih mendekat ke arahnya. Bukan.... itu bukan cahaya dari Dewi Kuan In, cahaya itu adalah cahaya dari lampu motor yang sedang standing sangat tinggi. Motor itu melaju sangat cepat sampai akhirnya menabrak Wowo yang sedang beristirahat di bawah pohon cemara. Beruntung, karena badan Wowo sangat besar, Wowo bisa menahan motor itu, motornya enggak kenapa-kenapa, pengendaranya yang mental jauh.

Wowo segera berlari untuk membantu pengendara motor yang mental terlalu jauh. Wowo sangat ketakutan, dia takut terjadi apa-apa kepada pengendara motor itu. Beruntung, pengendara motor itu memakai helm SNI, sehingga tidak terjadi apa-apa kepadanya.

Pengendara motor itu melepas helmnya, seketika terlihatlah sesosok wajah tampan mirip Lee Min Ho. “Woy, kalo duduk tuh di tempat yang wajar. Jadinya gue juga yang nabrak kan.” Pengendara berwajah Lee Min Ho ini tidak tahu diri, dia yang menabrak dan dia juga yang marah duluan.
“Iya mas maafin saya, saya ga akan gitu lagi.” Wowo hanya mengangguk-ngangguk saja ketika dimarahi pengendara berwajah Lee Min Ho itu.
Mulai sekarang mari kita panggil pengendara berwajah Lee Min Ho ini sebagai Kyuhyuh saja.
“Tapi mas, seandainya saya tidak duduk di sini, mas akan terus lurus dan menabrak pohon cemara ini.” Wowo mencoba membela diri karena memang bener bukan dia yang salah.
“Lah siapa yang bilang saya mau lurus? Saya mau belok.” Kyuhyun terus marah-marah padahal dia yang salah.
“Tapi mas tadi lurus terus.” Wowo dengan wajah bego terus mencoba membela diri.
“Sudah saya bilang kan tadi? Saya mau belok. Terserah saya dong mau belok atau lurus.”
“Iya maaf mas.”
“Lagian ngapain kamu duduk di bawah pohon cemara?” Kyuhyun kepo.
Wowo tidak berkata apa-apa, dia memeluk Kyuhyun sangat erat, sangat erat sampai seperti tidak akan dilepaskannya pelukan itu. Kyuhyun sangat dan sangat kepo dengan apa yang terjadi kepada Wowo. Air mata mulai mengalir dari mata Wowo, nafasnya terdengar berat, badannya beretar keras.
“Saya ditinggalkan oleh orang yang saya sayang.” Wowo terus memeluk Kyuhyun, bahkan saat Wowo mengeluarkan kata-kata itu, pelukan Wowo semakin erat.
Kyuhyun melapaskan pelukan Wowo dan memegang pundak Wowo “Kalo kamu yakin dia jodoh kamu, kejarlah dia kemana pun dia pergi.”
Wowo mencium kening Kyuhyun “Terima kasih. Aku akan mengejar dia kemana pun dia pergi.”

Beruntung, adegan menjijikan ini berjalan sangat cepat. Wowo langsung berlari pulang meminta izin kepada orang tua nya, izin untuk pergi mengejar cinta Kukun.

No comments:

Post a Comment