Saturday, 12 April 2014

Cinta Tidak Selalu Bertepuk Sebelah Tangan



Di malam yang sesunyi ini, hidup seorang Genderwo berbadan besar, berperut buncit, berkulit hitam, dan berambut gimbal. Sebut saja Genderwo ini Wowo, sudah sejak lama sekali Wowo mencintai sesosok kuntilanak bernama Kukun. Cinta Wowo kepada Kukun sudah sangat lama sekali, Wowo mencintai Kukun dari TK. Tapi sayang, cinta Wowo hanya bertepuk sebelah tangan, Wowo tidak pernah berani menyatakan cintanya kepada Kukun. Wowo hanya berani memandangi Kukun dari jauh, ketika Kukun melihat balik ke arah Wowo, Wowo pasti akan langsung jatuh pingsan.

Pernah suatu waktu Wowo mencoba menulis surat cinta kepada Kukun, Wowo mencabut bulu keteknya dan dari bulu ketek Wowo keluar cairan berwarna hijau tai kuda, cairan itu lah yang Wowo gunakan untuk menulis surat cinta kepada Kukun. Karena surat cinta itu terbuat dari cairan bulu ketek Wowo, surat cinta itu menjadi sangat bau, ketika Kukun membaca surat cinta itu, Kukun jatuh pingsan.

Pernah juga Wowo menyewa seorang penembak bayaran untuk menembak Kukun. Tapi karena Wowo tidak sanggup membayar penembak bayaran tersebut, akhirnya penembak bayaran itu menikung Wowo dari belakang. Iya, penembak bayaran itu pacaran dengan Kukun. Tapi karena penembak bayaran tersebut seorang playboy, hubungan mereka tidak berjalan lama. Kukun mendapati penembak bayaran itu sedang berpacaran dengan seorang Bancong (banci pocong). Iya, ternyata penembak bayaran itu senang bermain pedang.
Karena sudah kesal cintanya bertepuk sebelah tangan, Wowo memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Kukun. Wowo menarik nafas panjang, kemudian dia berlari ke arah Kukun, seketika lagu India terdengar cukup keras, penari latar mulai bermunculan.
“Kukun, aku mau ngomong sesuatu kepada kamu.” Wowo menggenggam tangan Kukun, wajahnya terlihat sangat serius.
“Ngomong apa? Kalo mau ngomong mah ngomong aja.” Kukun tidak melepaskan genggaman tangan Wowo. Sepertinya ini adalah lampu hijau untuk Wowo.
“Sudah sejak lama aku mencintai kamu Kun, maukah kau menjadi pacarku?”
“Maaf Wo, aku cuman nganggap kamu sebagai kakak aja. Lagian, setelah aku putus dengan Robert (Penembak bayaran), aku sudah punya pacar lagi. Dia adalah Conge (Pocong), Conge ada di saat aku terjatuh dan enggak bisa bangkit lagi karena Robert. Aku tenggelam dalam lautan luka dalam, aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, dan di saat itu Conge datang.”
“Hiks hiks” Wowo menangis alay.
“Maafin aku Wo. Sebenernya aku udah lama sayang sama kamu juga, aku nunggu kamu nembak aku, tapi kamu enggak pernah ngelakuin itu.”
“HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.” Tangisan alay Wowo semakin kencang. Wowo marah dan kesal. Tidak, dia tidak marah karena cintanya ditolak Kukun, Wowo marah karena dia tidak berani mengatakan cintanya sejak dulu.

Wowo mengamuk, dia menangis guling-guling, membenturkan kepalanya ke sebuah pohon pisang. Wowo mencabut semua bulu keteknya dan menghisap semua cairan hijau tai kuda yang  keluar dari bulu keteknya. Wowo terjatuh pingsan tak sadarkan diri, keesokan harinya setelah Wowo terbangun dari pingsan, Wowo mendapati sebuah surat dari Kukun.

(CONT.....)

No comments:

Post a Comment