Thursday, 13 June 2013

Manusia Setengah Martabak

Di malam yang gelap dan dingin. Adit, seorang pemuda gendut yang kecanduan martabak sedang jalan-jalan setengah kelaparan mencari abang-abang tukang martabak coklat keju yang lumer di mulut kalo martabaknya digigit.
‘Aaah, abang martabak yang biasa dagang disini kemana sih?’ Tanya Adit di dalam hati. ‘Ya udah deh. Daripada aku kelaparan, lebih baik aku mencari tukang martabak yang lain aja.’
Berjam-jam Adit mencari pedagang martabak di dekat rumahnya, akhirnya Adit menemukan pedagang martabak yang berjualan cukup jauh dari rumahnya.
‘Bang kenapa dagang martabaknya jauh banget dari rumah aku sih?’ tanya Adit sedikit kesal kepada tukang martabak yang berjualan terlalu jauh dari rumah Adit.
‘Iya terserah aku aja mau dagang dimana juga. Orang aku ini yang dagang.’ Jawab pedagang martabak dengan sedikit ketus.
‘Tapi kan aku yang mau beli.’
‘Ya udah, jadi mau beli ga?’
‘Iya Bang. Pesan martabak coklat keju yang kalo digigit lumer di mulut ya 1.’
‘Oke.’
Setelah sekitar 15 menit menunggu martabak selesai dibuat, akhirnya martabak yang Adit pesan jadi.
‘Jadi berapa martabaknya Bang?’ tanya Adit dengan nada setengah kelaparan.
‘Martabaknya 1. Kan tadi bilangnya pesan 1.’
‘Iya maksud aku harga martabaknya berapa?’ jelas Adit dengan nada sedikit marah dan setengah kelaparan martabak.
‘Oh. 12.500 rupiah aja.’
‘Ya udah. Nih Bang, kembalinya ambil aja.’ Kata Adit sambil menyodorkan uang 13.000 rupiah ‘jangan lupa ditabung ya kembalinya.’
‘Makasih ya Bang, Abang ini sangat dermawan sekali.’ Jawab pedagang martabak dengan mata sedikit berkaca-kaca, hidung yang kembang kempis, dan mulut yang sedikit bergetar.
Adit langsung pulang dengan perasaan bahagia karena kelaparan Adit akan segera terpuaskan. Sesampainya Adit dirumah, Adit langsung membuka bungkus martabak dengan perasaan tegang, basah dan ngaceng. Adit sangat tidak sabar ingin menggigit martabak coklat keju itu, hati Adit seakan berteriak ‘MARTABAK, MARTABAK, MARTABAK.’ Layaknya ulat-ulat yang berteriak ‘PUCUK, PUCUK, PUCUK.’
Setelah berhasil membuka bungkus martabak, Adit langsung mengambil potongan pertama martabak itu. Tapi, belum sempat Adit memakan potongan pertama itu, tiba-tiba martabak itu sseakan-akan berkata kepada Adit. ‘Bos, masih mau makan aku? Lihat deh perut kamu, perut kamu udah keliatan kaya perut Bos Bos Mexico yang pada akhirnya akan mati karena Diabetes.’
Adit langsung melihat perutnya, dalam hati dia berkata ‘Apa yang aku lakukan dengan perutku? Maafkan aku perut.’ Adit meminta maaf kepada perutnya dan dia melanjutkan makan martabak yang tertunda.
‘Tidaaaaak...’ teriak martabak saat gigi Adit menggigitnya.
‘Hmmm... Hmmm.. Hmmmm...’ gumam Adit.
Potongan-potongan martabak yang lain kemudian berteriak ‘Makan kami... pada akhirnya kami akan membuat kamu mati kelebihan berat badan’
Mendengar ancaman dari para potongan martabak, Adit ketakutan, dia langsung menyimpan sisa martabaknya dan memutuskan untuk tidur saja.
‘Aaah tidak. Aku tidak mau mati kelebihan berat badan. Aku mau mati dengan keadaan perut kotak-kotak penuh otot yang membuat aku terlihat maco. Lebih baik sekarang aku tidur saja.’ Adit kemudian pergi ke kamar tidur.
Sesampainya di kamar tidur, Adit langsung mengusap-ngusap perut dan berkata ‘Maafkan aku perut, mulai hari ini aku tidak akan makan martabak lagi, aku mau tobat.’
Adit langsung tidur. Tapi, dalam tidurnya dia bermimpi tentang martabak yang mengejarnya dan meminta untuk segera Adit makan, badan Adit keluar keringat dengan sangat deras, muka Adit nyengir-nyengir kaya orang ketakutan. Adit terbangun dari tidurnya. Adit sangat ketakutan, dia berlari ke dapur dan mengambil martabak yang dia simpan.
‘KALIAN INGIN AKU MAKAN? OKE... KALIAN AKAN AKU MAKAN.’ Adit marah-marah kepada potongan-potongan martabak dan langsung memakan semuanya sekaligus.
Pagi harinya Adit ditemukan pingsan dengan mulut penuh busa. Adit segera dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Setelah keluar dari rumah sakit, Adit melupakan semua kejadian yang menyebabkan dia masuk rumah sakit, dia kembali menjadi pecandu martabak. Adit orangnya emang gitu, ga pernah takut kejadian yang sama akan menimpanya.
TAMAT

Jadi, pesan yang bisa diambil dari cerita ini adalah:

  1. Martabak itu enak.
  2. Jangan takut buat makan martabak.
  3. Makan martabak kebanyakan bisa menyebabkan pingsan.
  4. Kalo udah keluar rumah sakit, jangan lupa buat makan martabak.
 

No comments:

Post a Comment