‘Iya kevin menendang bola dan gooooooooooool.’ Teriak komentator futsal.
Kevin emang hebat di olahraga futsal, dia selalu di
tempatkan di depan dan selalu berhasil mencetak banyak gol. Sedangkan aku, aku
cuman jadi pemain belakang, sekalinya aku masukin bola, aku masukin bola ke
gawang sendiri. Penggemar Kevin di sekolah juga banyak, dan hampir semua
penggemar dia adalah cewek. Beda sama aku, di sekolah ga ada yang suka sama aku,
sekalinya ada yang suka, bukan cewek yang suka sama aku, tapi bencong. Nasib aku
sama Kevin sangat beda 180 derajat.
Suatu hari sekolah kami mengadakan pertandingan
futsal dengan sekolah sebelah. Bukan.... bukan sekolah yang cuman punya
bangunan sebelah. Tapi sekolah yang bertetanggaan dengan sekolah kami. Pertandingan
akan diselenggarakan pada hari kamis jam 8 malam, itu berarti malam jumat.
Singkat cerita malam pertandingan tiba, Kevin
menempati posisi depan sedangkan aku menjadi pemain cadangan. Permainan
berlangsung sangat seru, banyak gol tercipta. Setelah sekian lama menunggu di
kursi cadangan, akhirnya ada juga pemain yang cedera. Bagi aku, kecederaan
temen aku adalah berkah. Sekarang aku dimainkan sebagai pemain belakang. Aku
berhasil menghadang pemain-pemain lawan yang berusaha mencetak gol. Tapi banyak
juga pemain yang berhasil melewatiku dan mencetak gol.
Sekarang kami dalam keadaan seri 8-8 dan waktu
pertandingan tersisa 5 menit lagi. Tim kami mendapatkan sepak pojok, aku
mendapat perintah untuk membantu penyerangan. Sepak pojok dilakukan, bola
mengarah padaku, aku menyundul bola, dan gooooooooooool. Ini adalah gol
pertamaku ke gawang lawan sepanjang karir futsalku di sekolah. Tapi.....
tiba-tiba penjaga gawang lawan tergeletak tak sadarkan diri. Kenapa dia? Apakah
dia terkejut karena aku mencetak gol ke gawang lawan? Penjaga gawang lawan
langsung dilarikan ke rumah sakit. Kasian dia, mungkin kami semua terlalu lelah
untuk mengantarnya ke rumah sakit, jadi dia terpaksa lari sendiri ke rumah
sakit.
Malam itu kami semua pulang ke rumah masing-masing.
Sesampainya di rumah, aku yang sudah terlalu lelah langsung tertidur. Tepat jam
12 malam aku mendengar suara pintu kamarku ada yang mengetuk.
‘Tok tok tok.’
Aku terbangun mendengar suara itu, dan langsung
membuka pintu. Tapi..... setelah aku membuka pintu..... aku tidak melihat
siapa-siapa.
‘Siapa sih yang iseng malam-malam gini ketuk-ketuk
pintu kamar orang.’ Tanyaku dalam hati sambil menutup kembali pintu kamarku.
Belum sampai aku kembali ke atas kasur, tiba-tiba
pintu kembali ada yang mengetuk. Aku yang mudah marah kemudian marah dengan
kelakuan orang iseng ini. Sebelum membuka pintu, aku mengambil sebatang kayu
dan setelah aku membuka pintu, aku langsung memukul orang yang mengetuk pintu
kamarku.
‘BELETAK.’ Suara kepala yang terpukul sebatang kayu.
AAAAAAAAAAAAAH. Siapa ini? Kepalanya tertunduk,
darah mengalir deras dari ubun-ubun kepalanya. Sedikit demi sedikit dia
mengangkat kepalanya yang tertunduk. Kepalanya sekarang sudah benar-benar
tegak, matanya melihat mataku.
‘Siapa orang ini?’ tanyaku dalam hati ‘Dia seperti
penjaga gawang yang tadi dilarikan ke rumah sakit.’ Lanjutku bertanya dalam
hati.
Memang benar orang itu adalah penjaga gawang yang
tadi dilarikan ke rumah sakit. Tapi kenapa dia datang kesini? Bukankah dia
seharusnya di rumah sakit?
‘Kenapa kamu ada disini? Kamu kan tadi dilarikan ke
rumah sakit?’ tanyaku kepadanya.
‘Toloooooong.’ Suaranya serak-serak basah kaya cakra
khanz ‘aku tidak bisa berlari ke rumah sakit.’ Lanjutnya
‘Kenapa?’ tanyaku lagi.
‘Aku terlalu lemah untuk berlari ke rumah sakit.’
Jawabnya.
‘Tapi ko kamu bisa ke rumah aku?’
‘Aku adalah roh, tubuhku masih tergeletak di pinggir
jalan.’
‘Jadi kamu sekarang sudah mati?’ aku bertanya dengan
keadaan berkeringat. Entah keringat karena lelah habis futsal tadi, atau karena
takut di depanku berdiri sesosok orang yang katanya cuman roh nya.
‘Iya..... aku sudah mati. Tolong kuburkan jasadku
dengan layak.’ Suaranya semakin serak.
‘Iya, aku akan menguburkan kamu dengan layak. Tapi
besok aja ya, kan sekarang sudah malam.’ aku mengiyakan perintahnya karena aku
pikir semua orang harus dikuburkan dengan layak.
‘Iya deh gapapa.’
‘Oh iya. Tadi kamu kenapa bisa sampe pingsan?’
tanyaku penasaran.
‘Aku kaget karena kamu bisa mencetak gol, aku
denger-denger kamu bego, saking bego kamu, kamu ga akan bisa masukin bola ke
gawang lawan. Tapi ternyata aku lebih bego, aku sampe bisa kebobolan sama kamu,
lebih baik aku mati pingsan daripada menanggung rasa malu karena kebobolan oleh
orang sebego kamu.’ Jelasnya kepadaku.
Aku mendengar itu sangat kaget, ternyata aku sebego
itu. Setelah mendengar penjelasannya, aku segera mengambil racun dan langsung
meminumnya. Aku sadar, aku terlalu bego. Aku ga mau menjalani kebegoan ini.
Akhirnya aku mati di depan roh penjaga gawang itu dan langsung jadi hantu.
‘Bego.... kenapa kamu bunuh diri? Terus siapa yang
mau nguburin kita?’ hantu penjaga gawang itu memarahiku.
‘Aaaaaaaaah. Siapa yang mau nguburin kita? Aku tidak
berpikir sampe situ.’ Aku berteriak.
‘Oke.... tenang tenang, gimana kalo kita minta
bantuan Kevin?’ aku mengajukan ide.
‘Oke deh oke.’ Jawab penjaga gawang itu.
Kami pergi ke rumah Kevin. Sial, sesampainya di
rumah Kevin, Kevin langsung kena serangan jantung sesaat setelah dia melihat
kita yang sudah jadi hantu. Sekarang Kevin jadi hantu. Kami (termasuk Kevin)
pergi ke rumah temen futsal kami yang lain. Tapi belum sempat kami menjelaskan
kepada mereka, mereka sudah mati duluan kena serangan jantung. Akhirnya kami
semua mati dan kami sekarang menjadi hantu futsal. Aku tetep jadi pemain paling
bego di tim hantu futsal.
Dari cerita ini gue mendapat sebuah hikmah. Mereka
boleh aja jago futsal, tapi mereka semua cemen, liat hantu aja mati. Ga kaya
aku, meskipun aku bego futsal, aku masih bisa tahan buat ngobrol beberapa menit
sama hantu. Oh iya.... jasad kami semua belum ada yang nguburin... tolong
kuburin ya.... hahahahaha....
TAMAT.
No comments:
Post a Comment