Thursday, 27 June 2013

Hantu Futsal


‘Iya kevin menendang bola dan gooooooooooool.’ Teriak komentator futsal.
Kevin emang hebat di olahraga futsal, dia selalu di tempatkan di depan dan selalu berhasil mencetak banyak gol. Sedangkan aku, aku cuman jadi pemain belakang, sekalinya aku masukin bola, aku masukin bola ke gawang sendiri. Penggemar Kevin di sekolah juga banyak, dan hampir semua penggemar dia adalah cewek. Beda sama aku, di sekolah ga ada yang suka sama aku, sekalinya ada yang suka, bukan cewek yang suka sama aku, tapi bencong. Nasib aku sama Kevin sangat beda 180 derajat.
Suatu hari sekolah kami mengadakan pertandingan futsal dengan sekolah sebelah. Bukan.... bukan sekolah yang cuman punya bangunan sebelah. Tapi sekolah yang bertetanggaan dengan sekolah kami. Pertandingan akan diselenggarakan pada hari kamis jam 8 malam, itu berarti malam jumat.
Singkat cerita malam pertandingan tiba, Kevin menempati posisi depan sedangkan aku menjadi pemain cadangan. Permainan berlangsung sangat seru, banyak gol tercipta. Setelah sekian lama menunggu di kursi cadangan, akhirnya ada juga pemain yang cedera. Bagi aku, kecederaan temen aku adalah berkah. Sekarang aku dimainkan sebagai pemain belakang. Aku berhasil menghadang pemain-pemain lawan yang berusaha mencetak gol. Tapi banyak juga pemain yang berhasil melewatiku dan mencetak gol.
Sekarang kami dalam keadaan seri 8-8 dan waktu pertandingan tersisa 5 menit lagi. Tim kami mendapatkan sepak pojok, aku mendapat perintah untuk membantu penyerangan. Sepak pojok dilakukan, bola mengarah padaku, aku menyundul bola, dan gooooooooooool. Ini adalah gol pertamaku ke gawang lawan sepanjang karir futsalku di sekolah. Tapi..... tiba-tiba penjaga gawang lawan tergeletak tak sadarkan diri. Kenapa dia? Apakah dia terkejut karena aku mencetak gol ke gawang lawan? Penjaga gawang lawan langsung dilarikan ke rumah sakit. Kasian dia, mungkin kami semua terlalu lelah untuk mengantarnya ke rumah sakit, jadi dia terpaksa lari sendiri ke rumah sakit.
Malam itu kami semua pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, aku yang sudah terlalu lelah langsung tertidur. Tepat jam 12 malam aku mendengar suara pintu kamarku ada yang mengetuk.
‘Tok tok tok.’
Aku terbangun mendengar suara itu, dan langsung membuka pintu. Tapi..... setelah aku membuka pintu..... aku tidak melihat siapa-siapa.
‘Siapa sih yang iseng malam-malam gini ketuk-ketuk pintu kamar orang.’ Tanyaku dalam hati sambil menutup kembali pintu kamarku.
Belum sampai aku kembali ke atas kasur, tiba-tiba pintu kembali ada yang mengetuk. Aku yang mudah marah kemudian marah dengan kelakuan orang iseng ini. Sebelum membuka pintu, aku mengambil sebatang kayu dan setelah aku membuka pintu, aku langsung memukul orang yang mengetuk pintu kamarku.
‘BELETAK.’ Suara kepala yang terpukul sebatang kayu.
AAAAAAAAAAAAAH. Siapa ini? Kepalanya tertunduk, darah mengalir deras dari ubun-ubun kepalanya. Sedikit demi sedikit dia mengangkat kepalanya yang tertunduk. Kepalanya sekarang sudah benar-benar tegak, matanya melihat mataku.
‘Siapa orang ini?’ tanyaku dalam hati ‘Dia seperti penjaga gawang yang tadi dilarikan ke rumah sakit.’ Lanjutku bertanya dalam hati.
Memang benar orang itu adalah penjaga gawang yang tadi dilarikan ke rumah sakit. Tapi kenapa dia datang kesini? Bukankah dia seharusnya di rumah sakit?
‘Kenapa kamu ada disini? Kamu kan tadi dilarikan ke rumah sakit?’ tanyaku kepadanya.
‘Toloooooong.’ Suaranya serak-serak basah kaya cakra khanz ‘aku tidak bisa berlari ke rumah sakit.’ Lanjutnya
‘Kenapa?’ tanyaku lagi.
‘Aku terlalu lemah untuk berlari ke rumah sakit.’ Jawabnya.
‘Tapi ko kamu bisa ke rumah aku?’
‘Aku adalah roh, tubuhku masih tergeletak di pinggir jalan.’
‘Jadi kamu sekarang sudah mati?’ aku bertanya dengan keadaan berkeringat. Entah keringat karena lelah habis futsal tadi, atau karena takut di depanku berdiri sesosok orang yang katanya cuman roh nya.
‘Iya..... aku sudah mati. Tolong kuburkan jasadku dengan layak.’ Suaranya semakin serak.
‘Iya, aku akan menguburkan kamu dengan layak. Tapi besok aja ya, kan sekarang sudah malam.’ aku mengiyakan perintahnya karena aku pikir semua orang harus dikuburkan dengan layak.
‘Iya deh gapapa.’
‘Oh iya. Tadi kamu kenapa bisa sampe pingsan?’ tanyaku penasaran.
‘Aku kaget karena kamu bisa mencetak gol, aku denger-denger kamu bego, saking bego kamu, kamu ga akan bisa masukin bola ke gawang lawan. Tapi ternyata aku lebih bego, aku sampe bisa kebobolan sama kamu, lebih baik aku mati pingsan daripada menanggung rasa malu karena kebobolan oleh orang sebego kamu.’ Jelasnya kepadaku.
Aku mendengar itu sangat kaget, ternyata aku sebego itu. Setelah mendengar penjelasannya, aku segera mengambil racun dan langsung meminumnya. Aku sadar, aku terlalu bego. Aku ga mau menjalani kebegoan ini. Akhirnya aku mati di depan roh penjaga gawang itu dan langsung jadi hantu.
‘Bego.... kenapa kamu bunuh diri? Terus siapa yang mau nguburin kita?’ hantu penjaga gawang itu memarahiku.
‘Aaaaaaaaah. Siapa yang mau nguburin kita? Aku tidak berpikir sampe situ.’ Aku berteriak.
‘Oke.... tenang tenang, gimana kalo kita minta bantuan Kevin?’ aku mengajukan ide.
‘Oke deh oke.’ Jawab penjaga gawang itu.
Kami pergi ke rumah Kevin. Sial, sesampainya di rumah Kevin, Kevin langsung kena serangan jantung sesaat setelah dia melihat kita yang sudah jadi hantu. Sekarang Kevin jadi hantu. Kami (termasuk Kevin) pergi ke rumah temen futsal kami yang lain. Tapi belum sempat kami menjelaskan kepada mereka, mereka sudah mati duluan kena serangan jantung. Akhirnya kami semua mati dan kami sekarang menjadi hantu futsal. Aku tetep jadi pemain paling bego di tim hantu futsal.
Dari cerita ini gue mendapat sebuah hikmah. Mereka boleh aja jago futsal, tapi mereka semua cemen, liat hantu aja mati. Ga kaya aku, meskipun aku bego futsal, aku masih bisa tahan buat ngobrol beberapa menit sama hantu. Oh iya.... jasad kami semua belum ada yang nguburin... tolong kuburin ya.... hahahahaha....
TAMAT.

No comments:

Post a Comment