“Geri, gue lihat di Blog lo, kok, enggak ada postingan baru?
Lo berhenti ngeblog?” Terdengar suara cewek yang sangat syahdu bertanya kepada
gue yang sedang asik minum kuah mie instan.
Gue yang sedang asik minum kuah mie instan segera menaruh mangkok mie instan dan kemudian menoleh ke arah suara itu berasal. Suara syahdu itu ternyata berasal dari seorang cewek cantik bertubuh langsing, berambut panjang lurus sebahu, berbibir tipis, dan berkulit putih yang ngakunya pembaca setia blog gue. “Eh hei. Iya nih, gue lagi sibuk banget, banyak kerjaan sampe enggak sempet lagi nulis. Kangen ya sama tulisan gue?” Gue kembali minum kuah mie instan.
Gue yang sedang asik minum kuah mie instan segera menaruh mangkok mie instan dan kemudian menoleh ke arah suara itu berasal. Suara syahdu itu ternyata berasal dari seorang cewek cantik bertubuh langsing, berambut panjang lurus sebahu, berbibir tipis, dan berkulit putih yang ngakunya pembaca setia blog gue. “Eh hei. Iya nih, gue lagi sibuk banget, banyak kerjaan sampe enggak sempet lagi nulis. Kangen ya sama tulisan gue?” Gue kembali minum kuah mie instan.
“Iyaaaaaa.” Dia menjawab dengan nada manja yang terdengar
semakin syahdu. “Gue kangen banget tahu sama tulisan lo.” Lanjutnya dengan
masih bermanis manja kepada gue. Sepertinya dia adalah seorang pembaca setia
yang jatuh cinta kepada tulisan gue dan juga kepada orangnya.
Gue berhenti lagi minum kuah mie instan. “Nanti deh kalo
seandainya kerjaan gue selesai semua, gue bakal balik rajin ngeblog lagi.” Gue
kembali minum kuah mie instan.
“Janji ya? Gue tunggu tulisan lo.” Dia tersenyum, menunjukan
wajah tercantiknya. Dia sepertinya jatuh cinta kepada gue.
Kuah mie instan gue hampir habis. “Iya. Makasih ya, pembaca
kayak kamu adalah semangat aku buat terus nulis.” Gue sepertinya jatuh cinta
kepada pembaca gue ini.
“Gue pergi dulu ya, tuh udah ditungguin cowok gue.” dia
menunjuk ke arah seorang laki-laki yang sedang berdiri dipinggir angkot.
Gue kemudian memuntahkan semua kuah mie instan yang gue
minum beserta mie instan yang gue makan. Bukan, gue muntah bukan karena kecewa
dia sudah punya kekasih. Gue muntah karena kekasihnya terlalu jelek untuk cewek
secantik pembaca gue ini, wajahnya terlihat seperti permen karet bekas,
kulitnya sehitam oli bekas, keringat diketeknya semerbak wangi cuka, gue yang
dari kejauhan saja bisa mencium aroma keteknya.
Tapi, itulah cinta. Enggak peduli pasangan kalian seperti apa, saat kamu merasakan cinta, maka itulah cinta.
Tapi, itulah cinta. Enggak peduli pasangan kalian seperti apa, saat kamu merasakan cinta, maka itulah cinta.
Seandainya cerita di atas benar terjadi. Tapi sayang, semua
tulisan di atas hanyalah karangan gue doang.
No comments:
Post a Comment