“Cinta kah yang mempertemukan kita? Tapi kenapa cinta tidak
mempersatukan kita? Mungkin salahku menunggumu, mungkin salahku tidak
mengatakan padamu, atau mungkin karena kamu terlalu cupu untuk mengatakan
kepadaku. Entahlah, aku tidak tahu ini salah siapa. Mungkin setelah ini
semuanya akan berbeda, mungkin akan ada perbedaan di antara kita. Aku tidak
sanggup menghadapi perubahan itu. Ketika kamu membaca surat ini, aku sudah jauh
pergi bersama Conge. Jangan cari aku, aku tidak mau terlalu jauh menyakitimu,
aku tidak mau melihat kamu terluka.”
Begitulah bunyi surat yang ditinggalkan Kukun untuk Wowo,
sebuah surat perpisahan, surat yang mungkin akan menjadi surat terakhir untuk
Wowo. Wowo mendapati noda merah di atas sepucuk surat yang ditinggalkan Kukun,
bukan.... noda merah ini bukan dari tinta, noda merah itu terlihat seperti
darah, sebuah tetesan darah, beberapa tetesan darah yang terjatuh di atas surat
peninggalan Kukun.
Memang benar itu noda tetesan darah, tetesan darah yang
keluar dari mata Kukun. Iya.... Kukun menangis ketika menuliskan surat
perpisahan itu untuk Wowo. Hati Kukun sangat berat untuk meninggalkan Wowo,
tapi dia harus melakukannya, Kukun berpikir bahwa ini lah jalan terbaik untuk
mereka berdua, jalan yang sesungguhnya salah. Salah karena cinta tidak bisa
meninggalkan cinta, cinta akan selalu datang karena cinta membutuhkan cinta.
Wowo meludahi surat dari Kukun dan memberi sedikit api
kepada air ludahnya, seketika surat itu langsung terbakar. Ludah Wowo memang
terbuat dari minyak, sebenarnya Wowo bisa saja menjadi raja minyak dari timur
tengah seandainya dia mau meludah setiap saat. Tapi apa daya tangan tak sampai,
air ludah pun bisa sewaktu-waktu habis.
Setelah Wowo membakar surat dari Kukun, Wowo berlari sangat
cepat, Wowo mencoba berlari dari kenyataan, kenyataan yang sangat perih ini.
Wowo berlari dan terus berlari sampai kakinya terasa sangat berat dan pegal.
Wowo duduk di bawah pohon cemara dan mengistirahatkan kakinya, nafas berat
keluar dari mulut dan hidung Wowo, dia sangat kelelahan sekali. Wowo tidak
lelah karena berlari, dia lelah karena mencoba menghindar dari kenyataan.
Wowo beristirahat cukup lama sampai akhirnya Wowo melihat
sebuah cahaya putih mendekat ke arahnya. Bukan.... itu bukan cahaya dari Dewi
Kuan In, cahaya itu adalah cahaya dari lampu motor yang sedang standing sangat
tinggi. Motor itu melaju sangat cepat sampai akhirnya menabrak Wowo yang sedang
beristirahat di bawah pohon cemara. Beruntung, karena badan Wowo sangat besar,
Wowo bisa menahan motor itu, motornya enggak kenapa-kenapa, pengendaranya yang
mental jauh.
Wowo segera berlari untuk membantu pengendara motor yang
mental terlalu jauh. Wowo sangat ketakutan, dia takut terjadi apa-apa kepada
pengendara motor itu. Beruntung, pengendara motor itu memakai helm SNI,
sehingga tidak terjadi apa-apa kepadanya.
Pengendara motor itu melepas helmnya, seketika terlihatlah
sesosok wajah tampan mirip Lee Min Ho. “Woy, kalo duduk tuh di tempat yang
wajar. Jadinya gue juga yang nabrak kan.” Pengendara berwajah Lee Min Ho ini
tidak tahu diri, dia yang menabrak dan dia juga yang marah duluan.
“Iya mas maafin saya, saya ga akan gitu lagi.” Wowo hanya
mengangguk-ngangguk saja ketika dimarahi pengendara berwajah Lee Min Ho itu.
Mulai sekarang mari kita panggil pengendara berwajah Lee Min
Ho ini sebagai Kyuhyuh saja.
“Tapi mas, seandainya saya tidak duduk di sini, mas akan
terus lurus dan menabrak pohon cemara ini.” Wowo mencoba membela diri karena
memang bener bukan dia yang salah.
“Lah siapa yang bilang saya mau lurus? Saya mau belok.”
Kyuhyun terus marah-marah padahal dia yang salah.
“Tapi mas tadi lurus terus.” Wowo dengan wajah bego terus
mencoba membela diri.
“Sudah saya bilang kan tadi? Saya mau belok. Terserah saya
dong mau belok atau lurus.”
“Iya maaf mas.”
“Lagian ngapain kamu duduk di bawah pohon cemara?” Kyuhyun
kepo.
Wowo tidak berkata apa-apa, dia memeluk Kyuhyun sangat erat,
sangat erat sampai seperti tidak akan dilepaskannya pelukan itu. Kyuhyun sangat
dan sangat kepo dengan apa yang terjadi kepada Wowo. Air mata mulai mengalir
dari mata Wowo, nafasnya terdengar berat, badannya beretar keras.
“Saya ditinggalkan oleh orang yang saya sayang.” Wowo terus
memeluk Kyuhyun, bahkan saat Wowo mengeluarkan kata-kata itu, pelukan Wowo
semakin erat.
Kyuhyun melapaskan pelukan Wowo dan memegang pundak Wowo
“Kalo kamu yakin dia jodoh kamu, kejarlah dia kemana pun dia pergi.”
Wowo mencium kening Kyuhyun “Terima kasih. Aku akan mengejar
dia kemana pun dia pergi.”
Beruntung, adegan menjijikan ini berjalan sangat cepat. Wowo
langsung berlari pulang meminta izin kepada orang tua nya, izin untuk pergi
mengejar cinta Kukun.