Thursday, 27 March 2014

Memilih Pemimpin



Sebentar lagi kita harus memilih pemimpin baru untuk negara ini. Satu suara kita akan menentukan bagaimana Indonesia ke depannya.... Gila, kata-kata gua padat dan tidak berisi banget. Tapi ya gapapa lah, yang penting sekarang gue mau ngomongin tentang bagaiman cara memilih pemimpin yang baik, pemimpin yang akan menjadikan Indonesia negeri yang lebih baik lagi. Karena gue selalu yakin, jika hari ini kita enggak baik, di masa depan nanti kita akan menjadi lebih baik. Sama kayak negara, jika sekarang negara ini KURANG baik, di masa depan nanti negara ini akan menjadi lebih baik. Gila, berbobot dan sangat tidak cerdas sekali kata-kata gue.
Beberapa orang begitu apatis dengan pemimpin yang korup, terlalu pesimis memandang calon pemimpin baru, sehingga menjadi sangat optimis untuk menjadi golput. Buseeeeet.... cerdas sekali kata-kata gue. Golput itu enggak baik, satu suara kita akan menentukan bagaimana Indonesia ke depannya. Jiah, diulang lagi kata-kata yang tadi, masa bodo yang penting kata-kata gue keren. Tapi serius, golput itu enggak baik, satu orang melakukan golput satu negara bisa rusak. Kacau, tulisan gue yang sekarang keren, penuh kata-kata yang tidak bermakna.

1. Banyak Aksi.
Carilah pemimpin yang sedikit bicara banyak bekerja. KEBANYAKAN (BUKAN semua) pemimpin hanya memberikan janji, bukan bukti. “Saya berjanji kalo saya jadi pemimpin nanti, sekolah gratis.” Dusta, sekolah emang gratis, seragam naik. Oke ga masalah kalo naik cuman dikit, gimana kalo naiknya jauh?
“Permisi. Pak, saya mau beli seragam.”
“Maaf dek, beli seragam bukan di sini. Sekarang beli seragam udah naik ke lantai 7.”
Yah jauh banget, dari lantai 1 ke lantai 7.
2. Aksi beneran.
Masih tentang aksi. Ada 2 aksi, aksi yang beneran dan settingan. Biasanya yang beneran enggak perlu dilihat banyak media, cukup orang sekitar saja yang tahu. Jadi misalkan lagi beraksi di pasar nih, biarin sekitar pasar doang yang tahu media datang sendiri atau di sekolah, biarin sekitar sekolah aja yang tahu media datang sendiri atau misalkan di hutan, biarin monyet sekitar daja yang tahu.
Yang ngeselin tuh calon pemimpin yang bikin reality show, ngejatuhin calon lain, terus yang paling ngeselin tuh yang beraksi waktu kampanye doang.
“Kamu warga miskin? Sini saya kasih uang buat modal dagang.” Ucap seorang calon pemimpin di depan banyak kamera.
3. Uang Diam.
Gue orang yang enggak percaya sama calon pemimpin yang banyak bagiin uang demi mendapatkan suara. BIASANYA yang kayak gitu, setelah jadi pemimpin bakalan berpikir bagaimana cara untuk balik modal. Gimana caranya? Ya korupsi. Gila, gue pesimis banget.... masa bodo. Tapi beneran,BIASANYA kan kayak gitu.
Pernah kejadian kayak gini.
Jadi waktu itu gue lagi bersantai sambil ngupil di pinggir jalan. Terus tiba-tiba datang segerombolan uang.
“Woy Ge, ikut kita kampanye Partai Ganget (Ganteng Banget) yu!”
“Ga mau.” Gue kan orangnya suka ngejawab seperlunya aja biar keliatan keren.
“Lumayan, dikasih duit 20.000.”
Waktu itu gue masih polos, gue bagaikan sebuah kapas yang terombang-ambing terbawa angin.
“Hayu.”
Setelah terpilih, calon pemimpin korupsi.
4. Baik.
Kalo pengen tahu pemimpin itu baik atau enggak, lihat dari cara bokernya aja. Biasanya pemimpin yang baik enggak pernah boker di atas piring.

Oke segitu doang dari gue. Ambil yang bagusnya, buang kalo enggak ada yang bagus. Kalo ada yang mau nambahin, share di comment box ya!

No comments:

Post a Comment