Friday, 11 March 2016

Ini Cinta #1 Kamu Ngapain di sini?



“Cinta, hari ini kamu ada kelas ga?”
“Enggak ada. Mau ngajak jalan?
“Kamu hari ini enggak ada kelas, tapi, tetep datang ke kampus?”
“Aku nunggu ajakan jalan kamu.”
“Hah, kamu ya, mana kamu tau aku bakalan ngajak jalan kamu.”
“Aku tau jadwal kelas kamu ya. Aku tau kamu hari ini libur. Jadi, buat apa kamu datang ke kampus?”
“Kamu ya, jadi cewek agresif banget sih. Jaim dikit kek.”
“Daripada kamu. Jadi cowok pengecut banget sih. Buat bilang sayang dan ngajak cewek jadian aja enggak berani. So so an banyak basa basi lagi. Kalo sayang, cepet bilang, cepet ajak jadian, nanti diambil orang baru tau rasa loh.”
“Ladies first dong.”
“Hah, ya udah ayo kita jalan. Kemana kita hari ini?”

Cinta tidak pernah terasa serumit ini. Saling sayang, saling ingin selalu bersama, saling jaga. Tapi, kenapa ini terasa sangat rumit? Tidak seperti cinta yang biasanya. Aku mungkin agresif, itu karena aku tidak ingin menjadi orang yang munafik. Tapi, aku juga seorang wanita, bagaimana pun juga aku tidak bisa mengatakannya lebih dulu. Meskipun aku tau, aku sayang, aku peduli kepadanya.
Cinta mengapa harus serumit ini? Mungkinkah aku terlalu pengecut untuk dia? Sebagai laki-laki, aku seharusnya berani mengatakannya, aku seharusnya berani mengatakan bahwa aku sayang dia, aku mau dia, yang aku mau hanya dia. Kenapa ini terasa sangat rumit? Mungkinkah aku sendiri yang membuatnya rumit? Aku sayang dia, aku tidak mau kehilangan dia.

“Kita berdua udah duduk di cafe ini 2 jam loh. Kamu udah mainin makanan itu 1 jam. Kenapa enggak dimakan?”
“Aku mau kejelasan dari kamu Rangga.”
“Kejelasan apa maksudnya? Aku enggak ngerti loh.”
“Jangan pura-pura bodoh, kamu bukan lagi anak PAUD. Kita sering jalan bareng, nonton bareng, makan bareng, pergi malam mingguan di Car Free Night Asia Afrika Bandung, aku mau minta kejelasan kamu. Aku ga mau kayak gini terus.”
“Iya apa maksudnya? Kamu maunya kayak gimana? Kita kan emang rutin ngelakuin itu jalan bareng, nonton bareng, segalanya barengan. Kita kan emang temen yang selalu barengan.”
“Temen? Emang ada ya temen yang minta cium sama grepe grepe temennya? Aku ngijinin kamu grepe-grepe aku soalnya aku tahu kamu sayang sama aku. Tapi sekarang apa yang aku dapat? Ketika aku minta kejelasan kamu, dengan entengnya kamu bilang kalo kita temen? Terima kasih ya Rangga. Kayaknya sekarang aku cape sama kamu, jangan grepe aku lagi, aku ga mau ketemu kamu lagi.”

Temen? Aku tidak bisa meluupakan raut wajahnya. Dengan mudahnya dia berkata, lancar sekali dia mengucapkannya. Tanpa berpikir lagi, dia bilang kalo aku cuman seorang teman. Mungkin aku bodoh, bodoh karena sudah mencintai orang yang salah. Mungkin aku tolol, tolol karena sudah membiarkannya grepe-grepe badanku semaunya. Mungkin aku melakukan itu karena aku sayang, sayang kepada orang yang salah.
Bodoh, kenapa bisa aku bilang seperti itu. Temen? Dengan mudahnya aku bilang kalo dia cuman temen. Kenapa sulit untuk berkata aku sayang kamu dan aku mau kamu jadi pacar aku. Aaaaaaaaah pengecut, bisakah aku menjadi berani? Tidak bisakah aku bilang sayang? Bego, aku adalah orang terbego. Mana ada cewek yang mau digrepe padahal belum pacaran. Padahal kalo aku bilang sayang terus ngajak dia jadian, dia pasti mau. Aku harus kejar dia.

“Kamu kemana aja? Sebulan aku nunggu kamu di sini. Aku coba telpon kamu tapi ga pernah nyambung.”
“Buat apa kamu nunggu aku di sini? Masih banyak temen kamu yang bisa kamu tungguin. Kamu mau cium sama grepe aku? Grepe aja temen kamu yang lain.”
“Kamu coba ngehindarin aku? Terus kenapa ditelpon ga pernah nyambung?”
“Aku ganti kartu, internet kartu yang lama mahal, lemot, ga bisa dipake buat buka instagram sama youtube.”
“Aku sayang kamu,kamu mau ga jadi pacar aku?”
“Kamu terlambat Rangga, aku udah ga bisa jadi pacar kamu lagi, aku udah ga sayang sama kamu.”
“Bohong, pasti kamu masih sayang sama aku. Buktinya, ngapain kamu ke kampus padahal hari ini enggak kamu enggak ada jadwal.”
“Aku kesini emang buat nyari kamu. Tapi bukan buat minta kejelasan hubungan kita lagi. Aku udah punya pacar yang lebih pemberani dari kamu, berani buat bilang sayang sama ngajak jadian. Seagresif apapun aku, aku tetep cewek. Aku ga bisa ngomong duluan.”
“..................”
“Ya udah yah. Pacar aku udah nunggu, aku harus pergi. Lain kali, kalo ada yang bener-bener sayang sama kamu, jangan kecewain dia.”

Aku melangkah dengan dada yang dibusungkan, melangkah pulang menghampiri orang yang lebih berani, orang yang lebih bisa menghargai aku, menghargai aku sebagai pacarnya, pasangannya. Meskipun mataku berkaca-kaca, tapi, tidak ada setetes, pun, air mata yang mengalir ke pipiku. Aku merasa lega, sudah mengatakan semuanya, sudah melakukan semuanya, melakukan semua yang seharusnya aku lakukan sejak dulu. Cinta memang tidak pernah rumit, mungkin kita yang membuatnya rumit.
Kenapa tiba-tiba punggung ini terasa sangat berat? Kepalaku tak mampu aku angkat, kakiku terasa sangat lemas,air mataku menetes. Aku sudah tidak bisa bersamanya, aku sudah sangat mengecewakannya. Dengan mata yang berkaca-kaca, air mata yang mengalir deras, air mata yang mengalir dari pipi dan berakhir di mulut. Dengan mata yang berkaca-kaca, aku melihat punggung Cinta menjauh, langkahnya yang tegar menjauh dariku. Cinta, aku tidak bisa bersama Cinta, sampai pada akhirnya Cinta pergi bersama orang lain, orang lain yang menghargai Cinta. Pada akhirnya Cinta pergi bersama Cinta lain yang lebih menghargai Cinta dan meninggalkan Rangga dengan semua kebodohan dan sifat pengecut Rangga.

Friday, 1 January 2016

[ApaSih] Terima Kasih 2015



Terima kasih 2015, terima kasih sudah hadir dan memberi berbagai kenangan untuk semua orang, kenangan indah, sedih, mengharukan, menakjubkan, sebuah kenangan yang mungkin tidak akan dilupakan orang-orang.

Di penghujung akhir tahun kemarin, Bandung memberi sebuah kenangan yang cukup biasa aja untukku. Sebuah kenangan yang enggak spesial-spesial amat, tapi tidak akan terlupakan. Terima kasih Bandung, terima kasih kemacetan kota Kembang. Di malam akhir tahun 2015, dengan ditemani salah seorang sahabat, di tengah kemacetan kota Kembang, mengayuh sebuah sepeda berusaha menikmati keramaian jalan Asia Afrika. Iya, aku berusaha menikmati keramaian malam akhir tahun, tapi, hujan yang semakin deras membuatku tidak bisa menikmati keramaian yang ada. Aku hanya bisa duduk terdiam di atas sepeda yang aku parkirkan di pinggir jalan, berharap hujan cepat reda sehingga aku bisa kembali menikmati keramaian kota Kembang di akhir tahun ini.




Hujan akhirnya mulai reda, aku kembali mengayuh sepedaku, menikmati keramaian kota Kembang, menikmati keindahan kota ini, menikmati setiap meter keindahan kota ini. Kota ini selalu terlihat indah, aku bersyukur, aku hidup dan dibesarkan di kota dengan sejuta keindahan ini. Kota ini luar biasa, karena “Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum.”

Hari sudah sangat malam, hujan kembali deras, kaki sudah lelah mengayuh sepeda, waktunya beristirahat dan melihat pesta kembang api, tanda 2016 sudah datang.

Sekali lagi, Terima kasih 2015, terima kasih untuk semua kenangan yang kau beri untukku. 2015 Out, selamat datang 2016 aku siap dengan semua kenangan yang akan segera kau berikan. Semoga tahun ini, semoga hari ini, semoga detik ini, lebih baik dari sebelumnya.

Friday, 25 December 2015

[Apasih] Malam Natal



Selamat Natal Bandung.

Damai kasih Natal. Suasana hangat sebuah keluarga kecil di pinggiran kota Bandung, keluarga kecil dengan kekompakan yang mengasyikan, penuh canda tawa, bercerita tentang Natal, bertukar hadiah, semakin merekatkan setiap anggota keluarga.

Natal, natal pertama tahun ini, perlahan salju mulai turun di berbagai negara. Tapi, tidak di Indonesia. Jack Frost, seorang peri yang menyebarkan kesenangan dengan salju nya. Tapi Jack Frost tidak datang ke Indonesia, tidak ada salju di negara ini, tapi bukan berarti tidak ada kesenangan di negara ini. Negara ini memberikan kesenangan sendiri meski tanpa hadirnya salju, cukup dengan berkumpulnya keluarga, natal ini sangat menyenangkan.

Santa, orang tua berbadan besar yang memberikan hadiah ke setiap anak baik di seluruh dunia, berteriak “Ho...ho....ho...” menggunakan kereta luncur yang ditarik oleh sekelompok rusa terbang. Santa, menyenangkan, akankah datang dan memberikan hadiah kepadaku? Mungkinkah aku berada di daftar anak baik tahun ini? Atau aku berada di daftar anak nakal? Santa, memberikan kepercayaan, membuat anak percaya akan hadirnya, membuat anak bersifat baik.

Natal kurang lengkap rasanya tanpa susu dan kue. Santa juga menyukai susu dan kue, setiap keluarga biasanya memberikan susu dan kue kepada Santa sebagai tanda terima kasih karena telah datang di tahun ini. Memang sangat enak rasanya menikmati segelas susu, ditemani kue. Susu dan kue, menghangatkan dinginnya udara malam Natal.

Natal, terima kasih sudah datang malam ini, datang lagi lain hari. Terima kasih Natal, terima kasih Jack Frost, terima kasih Santa, dan juga terima kasih Bandung.